Mas Hernoe: Pentingnya Peran Media Digital untuk Memasarkan Gagasan

Menyadari strategisnya peran media dalam mendukung dakwah, Pengurus Wilayah Lakpesdam Nahdlatul Ulama Sumatera Selatan menyelenggarakan workshop Jurnalisme dan Cyber dengan tema “Merawat Tradisi Dakwah Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital” di Gedung PWNU Sumsel, Palembang, Jum’at (29/1/21).

Kegiatan workshop dimulai pukul 9.30 pagi dan diawali dengan pemaparan oleh Hj. RA. Anita Noeringhati SH MH, Ketua DPRD Sumsel. Dalam pemaparannya, Anita Noeringhati menyinggung pentingnya peran NU dalam mengkonter radikalisme. Ia pun menyatakan dukungan dan apresiasinya terhadap penyelenggaraan kegiatan workshop ini.

“Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini dan NU harus memiliki media yang kuat. Ini penting karena pertarungan dunia digital ini sangat efektif mempengaruhi publik. Maka jika ruang digital diisi oleh kelompok radikal yang anti Pancasila, tentu akan berbahaya bagi keutuhan NKRI,” jelasnya.

Pada sesi kedua yang dimulai selepas shalat Jum’at, tampil dua pemateri utama, yakni Hernoe Roesprijadji SIP., MH., MSi., tokoh kader NU Sumsel dan St Reno Irawan, SE, seorang praktisi media.

Hernoe Roesprijadji, yang akrab disapa Mas Hernoe, menjelaskan bagaimana media atau pers selalu memiliki posisi dan peran penting dalam perjalanan bangsa Indonesia sejak era pergerakan hingga era Revolusi Industri 4.0.

“Setiap perkumpulan (organisasi) pada zaman penjajahan Belanda memiliki media pemberitaan sendiri sebagai corong pemikiran dan pergerakan. Peranan pers nasional sangat vital sebagai alat perjuangan melawan kolonialisme saat itu. Apalagi sekarang, di era Revolusi Industri 4.0, media adalah alat untuk berbagai macam tujuan,” urai Mas Hernoe.

Di samping sebagai wadah di mana ide-ide dan aspirasi organisasi disuarakan, tambah Mas Hernoe, media juga berperan dalam menyadarkan dan menggelorakan semangat nasionalisme.

“Di awal terbentuknya NU, tepatnya satu tahun setelah NU berdiri, kita sudah memiliki Swara Nahdlatoel Oelama (SNO), sebuah media yang didirikan oleh KH Abdul Wahab Chasbullah untuk menyebarkan pemikiran dan dakwah NU. Lebih lagi di era milenial saat ini, NU harus menjadi pemain utama dalam memanfaatkan teknologi digital untuk berdakwah,” jelas Mas Hernoe.

Mengutip apa yang pernah dikatakan oleh pendiri NU, KH Abdul Wahab Chasbullah, Mas Hernoe mengatakan sebuah perkumpulan yang tak memiliki media, sama dengan perkumpulan buta tuli.

Sementara itu, Reno Irawan pada paparannya menitik beratkan penting kader NU untuk go online. Ia mengajak para kader NU Sumsel untuk bersatu mengelola media dakwah online dengan kemasan baru agar mampu menarik pembaca generasi milenial.

“Kita harus merevitalisasi konsep dan kemasan media online NU Sumsel agar bukan saja bisa menarik publik tetapi juga populer di google search,” kata Reno Irawan.

Agenda workshop pada sesi selanjutnya diisi dengan materi Mobile Journalisme dan Teknik Dasar Jurnalistik yang dipandu oleh Aan Sartana dan Epen Permata, SPd. (mh/InfoSriwijaya.com)